Jika kamu tertarik dengan dunia investasi, tentunya kamu tak asing mendengar nama Warren Buffett, bukan? Beliau merupakan investor tersukses di dunia. Dari investasi, beliau dapat menggaet julukan manusia paling kaya di dunia versi majalah forbes.
Lantas di Indonesia sendiri, adakah yang bisa sukses dalam investasi? Ada lho … Lo Kheng Hong namanya. Sangking jenius dan suksesnya dalam investasi, dia dijuluki Warren Buffett-nya Indonesia. Seperti Warren Buffett, Lo Kheng Hong dapat mencapai kebebasan keuangan hanya dengan berinvestasi saham.
Daftar Isi
- Profil Singkat
- Perjalanan karier
- #1 Memulai kuliah sambil bekerja sebagai pegawai tata usaha Bank
- #2 Mulai menjadi investor saham pada usia 30 tahun
- #3 Pindah bekerja di Bank Ekonomi pada bagian pemasaran
- #4 Diangkat menjadi kepala cabang di Bank Ekonomi
- #5 Berhenti bekerja di bank dan berkonsentrasi penuh menjadi seorang investor saham
- Tips Investasi Ala Lo Kheng Hong
- Kisah Jatuh Bangun dalam Berinvestasi
Profil Singkat
Lo Kheng Hong lahir di Jakarta pada 20 Februari 1959. Dia merupakan anak sulung dari 3 bersaudara dengan keluarga yang sederhana. Ayahnya berasal dari Pontianak yang merantau ke Jakarta.
Rumah yang ditinggalinya di Jakarta dulu hanya berukuran 4×10 meter. Rumahnya tanpa plafon (hanya ada atap), sedangkan temboknya dibuat dari papan. Kita musim hujan, rumahnya terkena banjir karena terletak setengah meter di bawah jalan raya.
# Keseharian Lo Kheng Hong
Dalam menjalani kesehariannya, sejak dahulu Lo Kheng Hong hidup sangat hemat sehingga masih memiliki dana untuk membeli saham. Sangkig hematnya, dia hanya naik mobil butut Mitsubishi Minicab 700cc, yang harganya murah meriah.
”Beli mobil cukup yang seharga sepeda motor, yang penting jalannya maju”
Begitulah prinsip yang dianutnya dalam membeli mobil.
Katanya, jika tergoda membeli mobil bagus, maka seorang investor tidak akan punya cukup dana untuk berinvestasi saham.
Walaupun begitu, Lo Kheng Hong tetap mengakui bagaimana tidak nikmatnya ia naik mobil yang dibelinya, Namun meskipun hidup kurang nikmat, Lo Kheng Hong sadar bahwa dia sedang menunda kenikmatan demi menggapai sesuatu yang besar pada masa depan.
Dengan secara konsisten berlatih untuk menunda kenikmatan. Lama-kelamaan hal tersebut menjadi kebiasaan atau gaya hidup. Hal penting yang dapat dipelajari disini adalah, salah satu langkah penting untuk meraih kesuksesan keuangan adalah dengan belajar menikmati menunda kenikmatan.
Perjalanan karier
Berbeda dengan Warren Buffet yang lahir dari keluarga mampu (ayahnya seorang anggota dewan perwakilan di Amerika Serikat), Lo Kheng Hong terlahir dari keluarga kurang mampu. Oleh sebab itu, Lo Kheng Hong memulai karirnya dari bawah sebagai pegawai tata usaha.
#1 Memulai kuliah sambil bekerja sebagai pegawai tata usaha Bank
Setelah lulus dari SMA pada tahun 1979, dia tidak bisa melanjutkan ke universitas karena keterbatasan biaya. Oleh sebab itu, Lo Kheng Hong mencoba melamar kerja di Bank, dan akhirnya diterima sebagai pegawai tata usaha di PT Overseas Express Bank (OEB).
Sambil bekerja, Ia mengikuti kuliah malam jurusan Sastra Inggris di Universitas Nasional, Jakarta. Uang pangkal masuk universitas saat itu hanya Rp50 ribu, dan uang kuliahnya per bulan hanya Rp10 ribu.
Dengan gaji yang seadanya sebagai pegawai tata usaha, dia mampu hidup berhemat hingga dapat membiayai kuliahnya sendiri sampai lulus.
#2 Mulai menjadi investor saham pada usia 30 tahun
Lo Kheng Hong harus pintar membagi waktu antara bekerja dan kuliah. Meskipun begitu, satu hal yang tak pernah ia lupakan, yakni menabung dan hidup sederhana. Keterbatasan ekonomi tak membuatnya kecil hati, apalagi putus asa untuk mengubah nasib menjadi orang sukses.
Pada tahun 1989, tepatnya saat berusia 30 tahun, ia mulai menyisihkan gajinya untuk investasi saham. Hal ini berbeda dengan Warren Buffet yang mulai membeli saham ketika usia 11 tahun.
Lo Kheng Hong sedikit demi sedikit mengumpulkan uang, lalu membeli saham-saham perusahaan terbuka di pasar modal. Saham pertama yang dia beli adalah saham PT Gajah Surya Multi Finance saat IPO (Initial Public Offering atau Penawaran Umum Perdana).
#3 Pindah bekerja di Bank Ekonomi pada bagian pemasaran
Bekerja selama lebih dari 10 tahun di OEB, nyatanya tak berhasil mengangkat Lo Kheng Hong ke jabatan yang lebih tinggi. Sampai akhirnya, ia pindah ke Bank Ekonomi pada bagian pemasaran pada tahun 1990
Pada tahun ini pun Lo Kheng Hong mendapatkan kenaikan gaji yang signifikan, dari Rp300.000 per bulan menjadi Rp900.000 (mengalami kenaik 200%).
#4 Diangkat menjadi kepala cabang di Bank Ekonomi
Lo Kheng Hong aktif menggaet nasabah-nasabah lamanya ke Bank baru tersebut. Setelah bekerja selama satu tahun, tepatnya pada 1991, ia kemudian diangkat menjadi Kepala Cabang.
#5 Berhenti bekerja di bank dan berkonsentrasi penuh menjadi seorang investor saham
Walaupun mendapat kenaikan gaji, Lo Kheng Hong tidak menjadi boros dan hidupnya pun tetap hemat. Gaji yang diterimanya tetap disisihkan untuk membeli saham.
Setelah 6 tahun bekerja di Bank Ekonomi (atau 17 tahun sejak awal bekerja), Lo Kheng Hong mengambil keputusan berhenti bekerja di tahun 1996. Dia mengundurkan diri dari pekerjaannya agar dapat fokus investasi saham.
Dia berani melakukan hal ini karena mendapatkan keuntungan lumayan dari hasil berinvestasi saham, dan sudah memiliki cukup pengalaman selama 7 tahun di bursa saham.
Tips Investasi Ala Lo Kheng Hong
Lo Keng Hong merupakan seorang value investor. Cara investasinya tak jauh berbeda dari Warren Buffett karena ia memang mengidolakan Warren Buffett. Lo Kheng Hong telah mengoleksi buku Warren Buffett hingga 40 buku atau lebih, yang mana bukunya sudah dibaca sampai 4-5 kali.
Saat menjalani statusnya sebagai karyawan, Ia selalu tekun belajar bagaimana caranya berinvestasi yang baik dan benar. Kabarnya, kekayaannya sampai saat ini sudah mencapai triliunan rupiah.
Nah, jika kamu ingin mengikuti jejak sukses Lo Kheng Hong, yuk ikuti tips investasinya berikut ini!
#1 Tidak ada kata terlambat untuk berinvestasi
Tidak ada kata terlambat untuk berubah menjadi lebih baik, termasuk dalam berinvestasi. Usia tidak menentukan kesuksesan seseorang. Warren Buffett mulai berinvestasi pada usia 11 tahun, dan Lo Kheng Hong memulainya di usia 30 tahun. Dua-duanya sama-sama sukses bukan?
Terkadang, pengalaman hidup malah bisa memberikan pelajaran penting yang bisa kita ambil sebagai langkah dan membuat strategi investasi yang baik.
#2 Perhatikan tata kelola perusahaan
Karena kinerja saham emiten dengan tata kelola perusahaan yang baik akan jauh lebih tinggi dari pada saham emiten dengan penerapan tata kelola perusahaan yang buruk. Volatilitas harga saham emiten dengan tata kelola yang buruk juga lebih tinggi dibandingkan harga saham emiten dengan tata kelola yang baik.
Selain itu, tata kelola perusahaan juga sangat menentukan kinerja perusahaan di masa mendatang. Apalagi di dalam dunia investasi, dimana naik turun harga sahamnya sukar untuk diprediksi.
#3 Pilih perusahaan dengan ROE tinggi
ROE (Return of Equity) merupakan rasio untuk mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Rasio ini diukur dengan membandingkan besar laba dengan total equitasnya (Simak ulasan cara menghitung ROE lebih lengkap di sini). Semakin tinggi nilai ROE, maka kinerja perusahaan bisa dikatakan semakin bagus.
Selain melihat ROE, jangan lupa untuk melihat bagaimana potensi perkembangan bisnis perusahaan dan sentimen yang bisa mempengaruhi bisnis tersebut. Karena hal itu bisa mempengaruhi perkembangan kinerja emiten ke depannya.
#4 Membandingkan dengan Perusahaan Kompetitor
Kompetitor umumnya adalah perusahaan-perusahaan yang berada dalam sektor atau industri yang sama, misalnya perusahaan yang bergerak di industri perbankan Bank Rakyat Indonesia (BBRI), kompetitornya pastilah BCA (BBCA) atau BNI (BBNI) yang juga bergerak pada industri perbankan.
Untuk membandingkan nilai perusahaan yang ditarget dengan kompetitir, kamu bisa menggunakan PBV (Price per Book value) dan PER (Price Earning Ratio). PVB dan PER ini merupakan nilai pasar suatu saham dan jumlah keuntungan yang diperoleh oleh seorang investor.
Kedua elemen itu dapat digunakan sebagai alat ukur harga saham perusahaan, apakah saham tersebut terlalu murah atau terlalu mahal dari harga wajarnya.
#5 Kondisi Finansial Harus Mendukung
Lo Kheng Hong sangat menyarankan para investor untuk mempunyai kondisi finansial yang mendukung. Ia tak menyarankan menggunakan uang dingin (buat uang dapur atau uang pinjaman) untuk berinvestasi. Ketika menggunakan uang darurat atau bahkan pinjaman, seorang investor bisa jadi malah bermental judi karena ingin menggumpulkan uang dengan cepat.
Baca Juga : 10 Hal yang Membuatmu Susah Kaya
Jangan memaksakan diri untuk bisa langsung investasi dengan dana besar ya. Investasilah dengan uang yang memang telah dianggarkan, dan tidak dibutuhkan dalam waktu dekat. Dengan begitu, kamu bisa tetap tenang dan dapat mengambil keputusan dengan lebih objektif saat kondisi pasar tak menentu.
Saat ini, dengan hanya bermodal Rp100 ribu saja, kamu sudah bisa membuka akun jual-beli saham di sekuritas. Banyak saham di Bursa Efek indonesia yang perlotnya memiliki harga di bawah Rp100 ribu. Bahkan pada Juni 2020 ini, saham perusahaan yang masuk dalam LQ45, yaitu ANTM bernilai sekitar Rp50 ribuan saja. Namun, keuntungan yang didapat dari modal kecil tentu saja sama kecilnya.
#6 Disiplin, Sabar, dan Fokus
Walaupun Instrumen investasi sangat beragam (saham, reksadana, deposito, obligasi, emas, valuta asing, dan masih banyak lagi), Lo Kheng Hong hanya fokus pada satu instrumen investasi saja, yaitu pada saham. Hal tersebut membuatnya bisa fokus mengamati perkembangan harga saham dan memaksimalkan peluang yang ada.
Selain fokus, tetap disiplin dan sabar saat berinvestasi merupakan salah satu aspek penting yang harus dilakukan. Karena pada dasarnya, memperoleh keuntungan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan proses yangpanjang agar modal yang sangat minim bisa mendatangkan keuntungan maksimum.
#7 Jangan dengarkan perkataan orang lain
Dalam berinvestasi, orang pertama yang harus kamu percaya adalah dirimu sendiri. Sebelum memulai berinvestasi, setidaknya kamu harus tau dasar-dasar cara memilih saham yang bagus. Sehingga kamu tidak mudah terbujuk rekomendasi orang lain tanpa tau analisisi pemilihannya terlebih dahulu.
Sediakan waktu (30 menit dalam sehari sudah permulaan yang bagus) untuk belajar dan mempertajam ilmu investasi. Caranya dengan mengikuti pelatihan dan seminar investasi. Bila perlu, belilah buku-buku yang membahas tentang dunia investasi, khususnya yang menyinggung saham.
Jika kamu suka bermedia sosial, follow banyak-banyak akun-akun yang membahas mengenai dunia investasi saham. Dengan begitu, di sela-sela jam bersosmedmu, kamu bisa mendapat selingan pembelajaran bermanfaat.
Kisah Jatuh Bangun dalam Berinvestasi
Kelebihan Lo kheng Hong adalah dia mau hidup berhemat untuk berinvestasi. Walaupun uang dmilikinya sedikit, dia bisa menyisihkannya dan langsung dibelikan saham. Jika orang lain membeli barang konsumsi dahulu saat mmiliki uang, maka dia tabungkan lebih dulu, hanya saja bentuknya saham.
Lo Kheng Hong dikenal hampir mengalokasikan seluruh asetnya di pasar modal, dan hanya menyisakan sebesar 15% saja sebagai dana darurat. Lantas bagaimana kisah kegagalan dan kesuksesannya dalam berinvestasi saham?
# Kisah Kegagalan
Pada awal-awal berinvestasi, Lo Kheng Hong lebih tergiur membeli saham IPO karena dapat memberikan keuntungan yang besar. Dia mencontohkan, ada saham IPO yang dijual di harga Rp7.250, tidak lama kemudian harganya naik hingga Rp35.000.
Saham pertama yang dia beli pun merupakan saham IPO (saham PT Gajah Surya Multi Finance). Untuk mendapatkan saham itu, Lo Kheng Hong rela mengantri panjang. Namun setelah listing bukannya naik, harga sahamnya malah turun dan ia terpaksa menjual rugi.
Hal itu ternyata tidak menyurutkan minat Lo Kheng Hong untuk tetap berinvestasi di saham. Dia tidak kapok dan justru tergerak untuk lebih rajin mempelajari investasi saham secara otodidak, dan banyak membaca buku-buku tentang prinsip dan strategi investasi Warren Buffett.
Pada saat terjadi krisis finansial tahun 1998, Lo Kheng Hong pernah dikabarkan rugi besar hingga asetnya tinggal sebesar 15% saja (rugi 85%). Pada waktu itu pun dia baru memutuskan berhenti bekerja dan fokus pada investasi saham di tahun 1996, sehingga boleh dikatakan dia tidak memiliki penghasilan apapun.
Krisis Finansial juga membuat IHSG jatuh dari 740 (8 Juli 1997) menjadi 274 (29 Juli 1998), membuat investor saham kehilangan sekitar 63% dari nilai sahamnya.
Walaupun saat itu Lo Kheng Hong telah rugi besar, dia tetap membeli saham, karena di sinilah krisis finansial menawarkan peluang baginya untuk bangkit.
#Kisah Sukses Lo Kheng Hong
Di antara banyak kisah sukses berinvestasinya ada 2 saham yang tercatat memberinya keuntungan dalam jumlah yang fantastis, yaitu UNTR dan MBAI.
Pada saat krisis finansial tahun 1998, banyak perusahaan terbuka yang harganya jatuh secara drastis. Sebagian besar saham harganya sudah tinggal puluhan rupiah. Namun berkebalikan dengan mayoritas investor yang panik, Lo Kheng Hong justru mencari saham bagus.
Salah satu prinsip Lo Kheng Hong dalam berinvestasi saham adalah
“Serakahlah ketika orang lain ketakutan, dan takutlah ketika orang lain serakah”
#1 Kisah sukses pembelian saham UNTR
Di antara saham-saham yang harganya terpuruk , terdapat saham bagus PT United Tractor Tbk (UNTR). UNTR adalah distributor utama alat-alat berat merek Komatsu di Indonesia.
Lo Kheng Hong membeli saham UNTR pada 1998 dengan seluruh modalnya, saat harganya Rp250 per saham sebanyak 6 juta lembar saham, yang berarti Modalnya saat itu sebesar Rp1,5 miliar seluruhnya diletakkan di saham UNTR saja.
Dia menjualnya sekitar enam hingga delapan tahun kemudian pada harga rata-rata sebesar Rp15.000, dan menikmati keuntungan 5.900%. Dia memperoleh sebesar Rp90 miliar dari penjualan saham tersebut.
Bagi Lo Kheng Hong, UNTR adalah perusahaan bagus karena secara operasional perusahaan ini masih membukukan laba yang sangat besar. Kalaupun ada kerugian, ini akibat kenaikan drastis nilai USD yang terjadi tidak setiap tahun. Jika kondisi ekonomi pulih, pasti harga saham UNTR akan meroket.
#2 Kisah sukses pembelian saham MBAI
Kesuksesan Lo Kheng Hong pada saham UNTR membuat sebagian orang beranggapan jika hal tersebut hanyalah keberuntungan belaka, namun nyatanya dia dapat menggulangi kesuksesannya pada saham MBAI (Saham PT Multibreeder Adirama Indonesia Tbk) yang merupakan perusahaan ternak ayam terbesar kedua di Indonesia (sekarang sudah merger dengan Japfa Comfeed).
Lo Kheng Hong membeli saham MBAI pada tahun 2005 saat harganya Rp250 per saham. Ia membeli sebanyak 6,2 juta lembar saham, atau 8,28% dari total kepemilikan, yang berarti modalnya saat itu sebesar Rp1,55 miliar.
Saham tersebut dimenjual sekitar tahun 2011 pada harga rata-rata sebesar Rp31.500. Ia menikmati keuntungan 12.500% atau sebesar Rp195,8 miliar dari penjualan saham tersebut.
Lo Kheng Hong berkata bahwa bisnis pakan ternak yang dipunyai MBAI ini sederhana dan tidak rumit. Namun justru kesederhanaan bisnis ini yang akhirnya bisa mengantarkan perusahaan yang bergerak dalam subsektor pakan ternak bisa meraup pertumbuhan laba tiap tahunnya.